Sabtu, 18 April 2015

PLACENTA PREVIA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
     Tingginya Angka kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang kesehatan. Angka kematian ibu di Indonesia masih tertinggi di ASEAN.  Persalinan merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam persalinan dan setelah melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk mengalami perdarahan yang begitu hebat dan perdarahan tersebut adalah salah satu faktor tertinggi penyebab kemtian pada ibu. Perdarahan yang terjadi pada ibu diantaranya diakibatkan oleh terhambatnya kelahiran plasenta melebihi dari 30 menit. (http: //dahliayaya. Blogspot. Com / 2012 / 05 / makalah – rretensio – plasenta. Html diakses tanggal 6 juni 2013).
     Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung aman. Namun, sekitar 15% menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam nyawa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun. Dari jumlah ini diperkirakan 90% terjadi di Asia dan Afrika subsahara, 10% di negara berkembang lainnya, dan kurang dari 1% di negara – negara maju. Di beberapa negara resiko kematian ibu lebih tinggi dari 1 dalam 10 kehamilan, sedangkan di negara maju resiko ini kurang dari 1 dalam 6000. (Prawihardjo, S. 2010 : 53).
     Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbuk sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler. (Prawihardjo, S. 2010 : 54).
     Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab langsung dimana – mana sama, yaitu Perdarahan ( 25% biasanya perdarahan pasca persalinan), Sepsis ( 15%), Hipertensi dalam kehamilan (12%),  Partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebab – sebab lain (8%). (Prawihardjo, S. 2010 : 54).
     Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir, 68 – 73% dalam satu minggu setelah bayi lahir, dan 82 – 88% dalam 2 minggu setelah bayi lahir. (Prawihardjo, S. 2010 : 523).
     Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40% - 60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%. Menurut WHO dilaporkan bahwa 15 – 20% kematian Ibu karena retensio plasenta dan insedennya adalah 0,8 – 1,2% untuk setiap kelahiran. Dibandingkan dengan resiko – resiko lain dari ibu bersalin. Perdarahan post partum dimana retensio plassenta salah satu penyebabnya dapat mengancam jiwa dimana ibu tidak mendapat perawatan medis yang tepat (PATH, 2002). (http://delvitapratiwi.Blogspot.Com/2012/06/retensio–plasenta.Html diakses tanggal 6 juni 2013).
     Data WHO menunjukkan sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara – negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara – negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran (WHO, 2010). (http://delvipratiwi.blogspot.com/2012/06/retensio-retensio.html diakses tanggal 6 juni 2013).
     Angka kematian ibu di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara – negara anggota ASEAN. Berdasarkan data WHO untuk tahun 2010 Rasio kematian ibu (MMR) selama kehamilan dan melahirkan atau dalam 42 hari setelah melahirkan, per100.000 kelahiran hidup untuk negara indonesia sebesar berkisar antara 140 – 380 / 100.000 kelahiran hidup sedangkan untuk sesama negara ASEAN seperti Thailand berkisar antara 32 – 36 / 100.000 kelahiran hidup dan malaysia 14 – 68 / 100.000 kelahiran hidup. Survei demografi dan kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia untuk periode lima tahun sebelum survei (2003 – 2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI.2009). (http: //delvitapratiwi.Blogspot.Com/2012/06/retensio–plasenta.Html diakses tanggal 6 juni 2013).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Bone bahwa tahun 2012 kejadian retensio plasenta adalah 86/13.739 persalinan atau 0,625%.
Data yang diperoleh dari puskesmas Ajangale kabupaten Bone bahwa tahun 2012 kejadian retensio plasenta adalah 5/180 persalinan atau 2,777%.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji ibu lebih jauh dalam karya tulis ilmiah ini dengan judul manajemen kebidanan pada Ny “N” dengan retensio plasenta di Puskesmas Ajangale Kabupaten bone sebagai rasa tanggung jawab dalam mengkaji masalah tersebut yang diuraikan pada tujuh langkah Varney.

B.     Ruang Lingkup Pembahasan.
Pembahasan studi kasus ini, mengenai pendekatan proses Manajemen Kebidanan Ny “N”, Dengan Retensio Plasenta Di Puskesmas Ajangale kabupaten Bone Tanggal 22 Januari 2013.
C.    Tujuan Penulisan.
1.      Tujuan Umum
Dapat melaksanakan manajemen kebidanan Ny “N” dengan retensio plasenta di Puskesmas Ajangale kabupten Bone tanggal 22 Januari 2013, dengan menggunakan manajemen kebidanan sesuai dengan wewnang bidan.
2.      Tujuan Khusus
a.       Dapat melaksanakan pengkajian data pada Ny “N” dengan rtensio plasenta di Puskesmas Ajangale kabupaten Bone tanggal 22 Januari 2013.
b.      Dapat menganalisis dan menginterprestasikan data untuk menengakkan diagnosa / masalah aktual pada Ny “N” dengan retensio Plasenta di Puskesmas Ajangale kabupaten Bone tanggal 22 Januari 2013.
c.       Dapat mengantisipasi diangnosa / masalah potensial Ny “N” dengan retensio plasenta di Puskesmas Ajangale Kabupaten Bone tanggal 22 Januari 2013.
d.      Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi guna pemecahan masalah pada Ny “N” dengan retensio plasenta di puskesmas Ajangale kabupaten Bone tanggal 22 Januari 2013.
e.       Dapat merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny “N” dengan retensio plasenta di Puskesmas Ajangale Kabupaten Bone tanggal 22 Januari 2013.
f.       Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny “N” dengan retensio plasenta di Puskesmas Ajangale kabupaten Bone tanggal 222 januari 2013.
g.      Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada Ny “N” dengan retensio plasenta di Puskesmas Ajangale kabupten Bone tanggal 22 Januari 2013.
h.      Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan dalam asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada Ny “N” dengan retensio plasenta di Puskesmas Ajangale Kabupaten bone tangggal 22 januri 2013.

D.    Manfaat Penulissan
1.      Manfaat Praktis
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program, baik Dinas kesehatan kota Bone maupun pada Puskesmas Ajangale dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi retensio plasenta.
2.      Manfaat akademik
Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi DIII  kebidanan di Akademi Kebidanan Persada Wajo.
3.      Manfaat Institusi
Sebagai bahan acuan / pedoman institusi program diploma III kebidanan dalam penyusunan program pendidikan. 
4.      Manfaat Bagi Penulis.
Sebagai pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat meningkatkan dan menambah wawasan tentang retensio plasenta.

E.     Metode Penulisan
Penulisan kasus ini menggunakan beberapa metode yaitu :
1.      Studi Kepustakaan
Penulis mempelajari literature yang ada relevansinya dengan retensio plasenta.
2.      Studi kasus
Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah melalui asuhan kebidanan yang meliputi : pengkajian, merumuskan diagnosa / masalah aktual maupun potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, perencanaan, implementasi serta melaksanakan evaluasi terhadap asuhan kebidanan pada klien dengan retensio plasenta.
Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan tehnik :
a.       Anamnese
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien, suami dan keluarganya yang dapat membantu memberikan keterangan / informasi yang dibutuhkan.
b.      Melakukan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan secara sistematis untuk menjamin diperolehnya data yang lengkap mulai dari kepala sampai kaki meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan diagnostik lainnya dengan menggunakan format pengkajian yang telah disusun sebelumnya.
c.       Pengkajian Psikososial
Pengakajian Psikososial dilakukan meliputi pengkajian status emosional, respon terhadap kondisi yang dialami serta interkasi klien terhadap keluarga, petugas kesehatan dan lingkungannya.
3.      Studi Dokumenter
Studi dokumenter dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari catatan dokter, bidan, perawat, petugas laboratorium dan atau hasil pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian tulisan ini.
4.      Diskusi
Penulis melakukan tanya jawab dengan dokter atau bidan yang menangani langsung klien tersebut serta mengadakan diskusi dengan dosen pengasuh / pembimbing karya tulis ilmiah ini.






















BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A.    Tinjuan Umum Tentang Persalinan
1.      Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentase belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tnpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin. (Rukiyah,A.Y.,2009:1).
2.      Sebab – sebab mulainya persalinan
a.       Penurunan kadar progesteron
b.      Teori oxcytdosin
c.       Peregangan otot – otot
d.      Pengaruh Janin
e.       Teori prostaglandin
f.       (Rukiyah,A.Y.,2009:1 - 2).
3.      Tahap – tahap persalinan (Sumarah, 2009 : 5 – 8)
a.       Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
b.      Kala II (Pengeluaran)
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
c.       Kala III (Pelepasan uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
d.      Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
B.     Tinjauan Umum tentang Kala III Persalinan
1.      Pengertian Kala III Persalinan
a.       Kala III (Pelepasan Uri) di mulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. (Sumarah, 2009 : 7).
b.      Kala III persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai dan berkahir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala tiga persalinan berlangsung rata – rata antara 5 – 10 menit. Akan tetapi, kisaran normal kala tiga sampai 30 menit. Resiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lebih lama dari 30 menit, terutama antara 30 – 60 menit. (Varney, 2007 : 825).
2.      Fisiologi kala III
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta / uri. Rata – rata lama kala III berkisar 15 – 30 menit, baik pada primipara maupun multipara. Tempat implantasi plasenta sering pada dinding depan dan belakang korpus uteri atau dinding lateral. Sangat jarang terdapat pada fundus uteri. Bila terletak pada segmen bawah rahim / SBR, keadaan ini disebut plasenta previa. (Sumarah, 2009 : 145).
Waktu yang paling kritis untuk mencegah perdarahan post partum adalah ketika plasenta lahir dan segera setelah itu. Ketika plasenta terlepas atau sepenuhnya terlepas tetapi tidak keluar, maka perdarahan terjadi dibelakang plasenta sehingga uterus tidak dapat sepenuhnya berkontraksi karena plasenta masih dalam. Kontraksi pada otot uterus merupakan mekanisme fisiologi yang menghentikan perdarahan. Begitu plasenta lepas, jika ibu tidak apat melahirkan sendiri, atau petugas tidak dapat menolong mengeluarkan plasenta, mungkin salah didiagnosis sebagai retensi plasenta. Seringkali plasenta terperangkap dibawah serviks dan hanya diperlukan sedikit dorongan untuk mengeluarkannya.
Manjemen aktif pada kala III persalinan mempercepat kelahiran plasenta dan dapat mencegah atau mengurangi perdarahan postpartum. (Saifuddin, A. B., 2009 : 115).
3.      Fase – fase kala III (Sumarah, 2009 : 145).
a.       Pelepasan Plasenta
Setelah bayi lahir, terjadi kontraksi uterus. Hal iini mengakibatkan volume rongga uterus berkurang. Dinding uterus menebal. Pada tempat implantasi plasenta juga terjadi penurunan luas area. Ukuran plasenta tidak berubah, sehingga menyebabkan plasenta terlipat, menebal dan akhirnya terlepas dari dinding uterus. Plasenta terlepas sedikit demi sedikit, terjadi pengumpulan perdarahan diantara ruang plasenta plasenta dan desidua basalis yang disebut retroplasenter hematom. Setelah plasenta terlepas, plasenta akan menempati segmen bawah uterus atau vagina.
b.      Macam – macam pelepasan plasenta (Sumarah, 2009 : 146).
1.      Mekanisme Schultz : pelepasan plasenta yang dimulai dari sentral / bagian tengah sehingga terjadi bekuan retroplasenta. Cara pelepasan ini sering terjadi. Tanda pelepasan dari tengah ini mengakibatkan perdarahan tidak terjadi sebelum plasenta lahir. Perdarahan banyak terjadi segera setelah plasenta lahir.
2.      Mekanisme Duncan : terjadi pelepasan plasenta dari pinggir atau bersamaan dari pinggir dan tengah plasenta. Hal ini mengakibatkan terjadinya semburan darah sebelum plasenta lahir.
c.       Tanda – tanda pelepasan plasenta (Sumarah, 2009 : 146).
1.      Perubahan bentuk uterus. Bentuk uterus yang semula discoid menjadi globuler akibat dari kontraksi uterus.
2.      Semburan darah tiba – tiba
3.      Tali pusat memanjang.
4.      Perubahan posisi uterus. Setelah plasenta lepas dan menempati segmen bawah rahim, maka uterus muncul pada rongga abdomen.
d.      Pengeluaran plasenta
Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah rahim, kemudian melalui cerviks, vagina dan dikeluarkan ke introitus vagina. (Sumarah, 2009 : 146).
e.       Pemeriksaan pelepasan plasenta (Sumarah, 2009 : 146).
Kustner : tali pusat diregangkan dengan tangan kanan, tangan kiri menekan atas sympisis. Penilaian :
1)      Tali pusat masuk berarti belum lepas.
2)      Tali pusat bertambah panjang atau tidak masuk berarti lepas.
f.       Pengawasan perdarahan (Sumarah, 2009 : 146).
Selama hamil aliran darah ke uterus 500 – 800 ml/mnt.
1)      Uterus tidak berkontraksi dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak 350 – 500 ml.
2)      Kontraksi uterus akan menekan pembuluh darah uterus diantara anyaman miometrium.
g.      Manajemen aktif kala III (Sumarah, 2009 : 146)
Syarat  : janin tunggal / memastikan tidak ada lagi janin di uterus
Tujuan : membuat kontraksi uterus efektif.
Keuntungan :
1)      Lama kala III lebih singkat.
2)      Jumlah perdarahan berkurang sehingga dapat mencegah perdarahan post partum.
3)      Menurunkan kejadian retensio plasenta.
h.      Manajemen aktif kala III  terdiri dari : (Sumarah, 2009 : 147).
1)      Pemberian oksitosin.
2)      Penengangan tali pusat terkendali.
3)      Masase fundus uteri.
i.        Pemeriksaan plasenta meliputi : (Sumarah, 2009 : 150)
1)      Selaput ketuban utuh atau tidak.
2)      Plasenta : ukuran plasenta
a)      Bagian maternal : jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon.
b)      Bagian fetal : utuh atau tidak.
3)      Tali pusat : jumlah arteri dan vena, adakah arteri atau vena yang terputus untuk mendeteksi plasenta suksenturia. Insersi tali pusat, apakah sentral, marginal serta panjang tali pusat.
j.        Pemantauan Kala III (Sumarah, 2009 : 150).
1)      Perdarahan, jumlah darah diukur, disertai dengan bekuan darah atau tidak.
2)      Kontraksi uterus : bentuk uterus, intensitas.
3)      Robekan jalan lahir / laserasi, ruptur perineum.
4)      Tanda – tanda Vital :
a)      Tekanan darah bertambah tinggi dari sebelum persalinan.
b)      Nadi bertambah cepat.
c)      Temperatur bertambah tinggi.
d)     Respirasi : berangsur normal
e)      Gastrointestinal : normal, pada awal persalinan mungkin muntah.
f)       Personal hygiene.
C.    Tinjauan Umum Tentang Retensio Plasenta
1.      Pengertian retensio plasenta
1)      Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi. (Rukiyah, A. Y., 2009 : 146).
2)      Retensio plasenta adalah bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir. (Prawihardjo, S., 2010 : 526).
3)      Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi. (Iskandar, I., 2009 : 157).
2.      Etiologi retensio plasenta
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot – otot uterus menyelesaikan proses iini. Pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, niometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uteru. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itupembuluh darah yang terdapat diuterus berada diantara serat – serat otot miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat – serat otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan terhenti. (Prawihardjo, S., 2010 : 307).
Penyebab retensio plasenta : (Sastrawinata, S., 2005 : 175).
a.       Fungsional :
1)      His kurang kuat (Penyebab terpenting).
2)      Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya (Plasenta membranasea, plasenta anularis), dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil).\
Plasenta yang sukar lepas karena penyebab diatas disebut plasenta adhesiva.
b.      Patologi Anatomi :
1)      Plasenta Akreta.
2)      Plasenta inkreta.
3)      Plasenta perkreta.
3.      Patofisiologi retensio plasenta
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan. Jika lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta yang belum lepas sama sekali dari dinding uterus karena :
a.       Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva).
b.      Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus desidua sampai mimetrium dibawah peritoneum (plasenta akreta – perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan  kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserio plasenta). (Sumarah, 2009 : 156).
4.      Patologi retensio plasenta
Retensio plasenta akan mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirkan bahwa darah penderita terlalu banyak hilang, keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi, kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
Plasenta manual dengan segera dilakukan bila terdapat riwayat perdarahan post partum berulang, terjadi perdarahan post partum melebihi 400cc, pada pertolongan persalinan dengan narkosa, plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam, (Manuaba, I. A. C., 2012 : 402).
5.      Klasifikasi retensio plasenta
a.       Jenis retensio plasenta: (Saifuddin, A. B., 2009 : 178).
1.      Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologi.
2.      Plasenta akreta adalah implantasi jonjot orion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa, bekas secsio sesaria, pernah kuret berulang, dan multiparitas. (Prtawihardjo, S., 2010 : 527).
Plasenta akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh permukaannya melekat dengan erat pada dinding rahim. Plasenta akreta yang parsialis yaitu jika hanya beberapa bagian dari permukaannya lebih erat berhubungan dengan dinding rahim dari biasa. Plasenta akreta yang kompleta, inkreta, dan perkreta jarang terjadi. Penyebab plasenta akreta adalah kelainan desidua, misalnya desidua yang terlalu tipis. Plasenta akreta menyebabkan retensio plasenta. (Sastrawinata, S., 2005 : 176).
3.      Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki miometrium.
4.      Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5.      Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
Plasenta sudah lepas tetapi belum lahir karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak, atau karena adanya lingkaran kontriksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penangan kala III yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata). 






Selain plasenta yang disebutkan diatas masih banyak macam – macam plasenta yang abnormal yang dapat menimbulkan kesulitan pada saat persalinan, daintaranya : (Iskandar, I., 2009 : 157).
a)      Plasenta battledore : bila insersinya ditepi marginal plasenta.
b)      Plasenta membranosa : pertumbuhan plasenta yang melebur dan tipis dapat menimbulkan gangguan tertentu yaitu plasenta previa sulit melepaskan diri sehingga bisa terjadi early PPH dan late PPH.
c)      Plasenta sirkumvalata : pada bagian fetalnya terdapat cincin putih, dapat meningkatkan keguguran, solutio, keluarnya plasenta telanjang karena seluruh membrannya tertinggal.
d)     Plasenta suksenturiata : terdapat plasenta tambahan yang lebih kecil disamping yang normal dan dihubungkan dengan pembuluh darah. Penyulit : kemungkinan luput dari pengamatan dan tertinggal dalam rahim. Dugaan plasenta suksenturiata bila terdapat lubang pada membran dan pembuluh darah yang robek.
e)      Plasenta spuria : sama dengan suksenturiata tetapi tidak berhubungan dengan pembuluh darah dengan plasenta induknya.
f)       Plasenta bipartita : dimana dalam satu membran terdapat dua lobus jaringan plasenta.
6.      Faktor predisposisi retensio plasenta
Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkreta dan perkreta. (Manuaba, I. A. C., 2012 : 402).
Usia kehamilan dikaitkan dengan lama kala III. Usia kehamilan yang lebih muda dihubungkan denga kala III yang lebih lama. Frekuensi pengeluaran manual plasenta juga dihubungkan kelahirna prematur. Perdarahan meningkat seiring makin muda usia gestasi dan peningkatan pengeluaran plasenta secara manual. (Varney, H., 2007 : 831).
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta, plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi chorialis menembus desidua sampai miometrium bahkan sampai dibawah peritonium (Plasenta akreta – perkreta), plasenta yang sudah keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau salah dalam penanganan kala III sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus. (Sumarah, 2009 : 146).
7.      Tanda / gejala klinik retensio plasenta.
a.       Plasenta tidak lahir setelah 30 menit.
b.      Perdarahan segera.
c.       Kontraksi uterus : lemah
Tanda dan gejala kadang – kadang timbul : tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjut. (Rukiyah, A. Y. 2010 : 299).

Tabel 2. 1 : Gambaran dan Dugaan Penyebab Retensio Plasenta.
Gejala
Separasi / akreta parsial
Plasenta inkarserata
Plasenta akreta
Konsistensi uterus
Kenyal
keras
Cukup
Tinggi fundus
Sepusat
2 jari bawah pusat
Sepusat
Bentuk uterus
Diskoid
Agak globuler
Diskoid
Perdarahan
Sedang – banyak
sedang
Sedikit / tidak ada
Tali pusat
Terjulur sebagian
Terjulur
Tidak terjulur
Ostium uteri
Terbuka
Kontriksi
Terbuka
Separasi plasenta
Lepas sebagian
Sudah lepas
Melekat seluruhnya
Syok
Sering
Jarang
Jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat
 Sumber : (Saifuddin, A. B., 2009 : 178).
8.      Pencegahan retensio plasenta
Pencegahan retensio plasenta dengan cara pemberian oksitosin segera setelah pelahiran bahu anterior, mengklem tali pusat segera setelah pelahiran bayi dan menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta. (Varney, H., 2007 : 827).
Upaya pencegahan yang dilakukan oleh bidan adalah dengan promosi untuk meningkatkan penerimaan keluarga berencana, sehingga memperkecil terjadi retensio plasenta, meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terlatih pada waktu melakukan masase dengan tujuan mempercepat proses persalinan plasenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu pelepasan plasenta, (Rukiyah, A. Y. 2010 : 305). 
9.      Penanganan retensio plasenta.
Penanganan secara umum : jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan, jika anda dapat merasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut, pastikan kandung kemihs sudah kosong. Jika diperlukan lakukan keteterisasi kandung kemih, jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM. Jika belum dilakukan pada penanganan aktif kala III. Jangan berikan ergometrin karena dapat menyebabkan kontraksi uterus yang tonik, yang bisa memperlambat pengeluaran plasenta.
Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 ddmenit pemberian oksitosin dan uterus teras berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali, jika traksi pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk melakukan pengeluaran plasenta secara manual :
a.       Pasang sarung tangan DTT.
b.      Instruksikan asisten untuk melakukan sedatif dan analgetik melalui selang infus.
c.       Lakukan kateterisasi kandung kemih.
1)      Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar.
2)      Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
d.      Jepit tali pusat dengan koher kemudian tegangkan tali pusat sejajar dengan lantai.
e.       Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan kebawah) kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.
f.       Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang koher, kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.
g.      Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan kedalam kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
h.      Buka tangan obstetri menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat kepangkal jari telunjuk).
i.        Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.
1)      Bila berada dibelakang, tali pusat tetap disebelah atas. Bila bagian depan, pindahkan tangan kebagan depan tali pusat dengan punggung tangan menghadap keatas.
2)      Bila plasenta dibagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari diatas plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan menghadap kedinding dalam uterus.
3)      Bila plasenta dibagian depan, lakukan hal yang sama (punggung tangan pada dinding kavum uteri) tetapi tali pusat berada dibawah telapak tangan kanan.
j.           Kemudian gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
Catatan : sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan penanganan yang sesuai jika terjadi penyulit.
k.         Sementara satu tangan masih berada dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
l.           Pindahkan tangan luar ke supra simfis untuk menahan, uterus pada saat plasenta dikeluarkan.
m.       Instruksikan asisten yang memegang koher untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta keluar (hindari percikan darah).
n.         Letakkan plasenta kedalam tempat yang telah disediakan.
o.         Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) kedoroso cranial setelah plasenta lahir.
Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar.
(Saifuddin, A. B., 2009:513-514).

Jika perdarahan terus berlangsung. Lakukan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.
Jika terdapat tanda-tanda dari plasenta satu atau lebih lobus tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif, raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi manual uterus menggunakan tehnik yang serupa dengan tehnik yang digunakan untuk mengeluarkan plasenta yang tidak keluar : keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum, atau kuret besar, jika berlanjut, lakukan uji pembekuan darah. (rukiyah, A. Y., 2009:147).

 

Bagan 2.1 : Penatalaksanaan Retensio Plasenta



Rounded Rectangle: RETENSIO PLASENTA
Belum lahir setelah 20 menit bayi lahir
 
 




 
































10.  Komplikasi retenasio plasenta (Iskandar, I., 2009:163).
Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
a.       Terjadi perforasi uterus.
b.      Terjadi infeksi : terdapat sisa plasenta atau membran dan bakteria terdorong kedalam rongga rahim.
c.       Terjadi perdarahan karena atonia uteri.
Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan memberikan uterotonika intravena atau intramuskular.
1)      Memasang tamponade uterovaginal.
2)      Memberikan atibiotika.
3)      Memasang infus dan persiapan tranfusi darah.
Selain komplikasi plasenta manual juga bisa terjadi syok hipovolemik, yang terjadi karena volume cairan darah intravaskuler berkurang dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat. Penyebab utamanya ialah perdarahan akut >20% volume darah total. Dlam kondisi syok, volume sirkulasi darah relatif berkurang secara akut sehingga terjadi penurunan perfusi jaringan. (Saifuddin, A., 2009:650).
D.    Tinjauan Umum Tentang Proses Manajemen Kebidanan
1.      Pengertian manajemen kebidanan.
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis dara, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Muslihatun, W. N., 2009:112).
2.      Tahapan dalam manajemen kebidanan (Muslihatun, W. N., 2009:115).
a.       Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu : 
1)      Riwayat kesehatan
2)      Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.
3)      Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
4)      Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. 
b.      Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.
c.       Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
d.      Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau doketer dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
e.       Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah – langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.
Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap tencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini juga bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

f.       Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh, di langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetaap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
g.      Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif sebagian belum efektif.
3.      Pendokumentasian manajemen kebidanan dengan metode SOAP (Muslihatun, W.N.,2009:122-124).
Menurut thomas (1994 cit. Mufdillah, dkk, 2001), dokemntasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, didalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematis dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah – langkah manajemen kebidanan.
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data subyektif, O adalah data Obyektif, A adalah analysis/assesment dan P adalah Planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metide SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
a.       Subyektif (S)
Data subyektif (S) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. 


b.      Obyektif (O)
Data Obyektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lainnya.
c.       Assesment (A)
Assesment (analisis), merupakan pendokumenatasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif.
Analisis atau assesment merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal – hal berikut ini : diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antispasi diagnosis/masalh potensial. Kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi : tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
d.      Planning (P)
Planning/perencanaan, adalah rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Planning dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.


                                                                                            








Tabel 2.2 : Pendokumentasian Manajemen Kebidanan
Alur pikir bidan                                                              Pencatatan dari 
                                                                                     Asuhan kebidanan
Proses manajemen kebidanan                                  Pendokumentasian asuhan
                                                                                          kebidanan

7 Langkah dari Helen Varney
5 Langkah Kompetensi Bidan
Soap Notes
1.      Pengumpulan data
Data

Subjektif
Objektif
2.      Merumuskan Diagnosa
3.      Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
4.      Tindakan Segera dan Kolaborasi Asuhan Kebidanan
Assesment
/Diagnosa

Assesment
/Diagnosa
5.      Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Membuat Rencana

Planning :
a.       Konsul
b.      Tes Lab
c.       Rujukan
d.      Pendidikan/
konseling
e.       Follow Up
6.      Implementasi
Implementasi


7.      Evaluasi
Evaluasi



Sumber : Muslihatun, W.N., Mufdalifah, setiawan, N., 2009 : 125






BAB III
STUDI KASUS
MANAJEMEN KEBIDANAN NY “N” DENGAN RETENSIO PLASENTA
DIPUSKESMASA AJANGALE KABUPATEN WAJO
TANGGAL 05 MARET 2013

No. Register                  :
Tanggal masuk              :
Tanggal partus              :
Tanggal pengkajian       :’
Pengkaji                        : Yuliana

A.  Langkah I : Identifikasi Data Dasar
1.      Identifikasi klien/suami :
a.       Nama                      :
b.      Umur                      :
c.       Nikah/lamanya       :
d.      Suku                       :
e.       Agama                    :
f.       Pendidikan                         :
g.      Pekerjaan                :
h.      Alamat                    :
2.      Tinjauan anternal care
a.       GIIIPIIA0
b.      HPHT 21 April 2012, HTTP : 28 Januari 2013
c.       Pergerakan janin dirasakan pada bulan ke empat kehamilan (akhir Agustus 2013).
d.      Selama kehamilan ibu tidak pernah mengalami mual dan muntah yang hebat, perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, penglihatan yang kabur, bengkak pada wajah dan tangan, nyeri abdomen yang hebat, kurangnya pergerakan janin, kejang dan ketuban pecah sebelum waktunya.
e.       Tidak pernah menderita penyakit malaria, jantung, hipertensi, DM, dan PMS.
f.       Riwayat kunjungan antenatal care.









Tabel 3.1 : Riwayat kunjungan Antenatal Care

Tgl
Keluhan
TD (mmg)
BB/lha
Umur kehamilan
TFU
Letak janin
Djj
Therapi
17/07/2012
Mual-mual
100/70
46/25cm
12 minggu
3 jari atas sympisis
Ball
-
B6 10 biji 3x1, B.com 10 biji 3x1
12/08/2012
-
100/70
46,5
16 minggu
½ pusat sympisis
Ball
-
Fe 30 biji 1x1 Vlt c 3x1 10 biji B.com 3x1
09/10/2012
Sakit pinggung
110/80
49
24 minggu
Stpst
Memanjang kep pulki
130
Fe 30 biji 1x1 Vik c10 biji 3x1 Calk 10 biji 3x1
15/12/2012
-
110/80
50
34 minggu
½ pst
Memanjang kepala pulki
135
Fe 30 Biji 1x1 Vik c 10 biji 3x1
15/01/2013
Sakit perut
110/80
50,5
38 minggu
Memanjang, kepala, puki
Memanjang kepala pulki
132
Vit c 10 biji 3x1 B.com 10 biji 3x1

3.      Riwayat persalinan sekarang
a.       Nyeri perut bagian bawah tembus ke belakang disertai pelepasan lendir dan darah sejak tanggal 22 januari 2013 pukul 11.10 wita, sifat nyeri hilang timbul dan sering. Pembukaan lengkap pukul 20.05 wita. 
b.      Lamanya kala I 8 jam 55 menit.
c.       Bayi lahir jam 20.30 wita.
d.      Lamanya kala II 25 menit.
e.       Suntik oxytocin < 1 menit 10 ui jam 20.32 wita.
f.       Plasenta belum lahir.
g.      Perdarahan ±500 cc.
h.      Suntik oxytocin 10 ui ke 2 pada jam 20.47 wita.
4.      Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.
Tabel 3.2 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
No
Kehamilan

Persalinan


Bayi

Nifas

Tahun
Umur
Jenis Persalinan
Tempat
Penolong
BBL/PBL
JK
Perlangsungan
Lama menyusui
1.
2006
Aterem
Spontan PBK

Bidan




2.
2009
Aterm
Spontan PBK

Bidan
































5.      Riwayat kesehatan yang lalu
a.       Tidak ada penyakit jantung, hipertensi, asma, tuberculosis, malaria dan DM.
b.      Tidak pernah di operasi dan diopname sebelumnya.
c.       Tidak ada riwayat kehamilan kembar dalam keluarga.
d.      Tidak pernah ketergantungan obat-obatan, alkohol, merokok
6.      Riwayat KB
Ibu menggunakan KB suntik 3 bulan, setelah kelahiran anak pertama sejak bulan april 2006 sampai juli 2008 dan suntikan 3 bulan, setelah kelahiran kedua Agustus 2010 sampai januari 2012.
7.      Data psikososial, spiritual, ekonomi
a.       Ibu dan keluarga sangat mengharapkan kelahiran bayinya.
b.      Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami.
c.       Ibu berharap persalinannya normal.
d.      Ibu berkeyakinan bahwa anak merupakan anugrah dari allah SWT sehingga ibu akan menyusui, mendidik dan membesarkan anaknya.
e.       Penghasilan suami cukup untuk memenuhi kebutuahan sehari-hari .
f.       Biaya pengobatan dan perawatan di puskesmas ditanggung oleh suami.
8.      Pemeriksaan fisik.
a.       Keadaan umum Ibu :
b.      Kesadaran :
c.       Tanda-tanda vital :
1)      Tekanan darah             : 100/60 mamHg
2)      Nadi                : 82x/Menit
3)      Suhu                : 36,5•c
4)      Pernapasan      : 20x/Menit
d.      Kepala
1)      Inspeksi : kulit kepala bersih dan tidak berketombe.
2)      Palpasi              : tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
e.       Wajah
1)      Inspeksi : tidak ada oedema.
2)      Palpasi              : tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
f.       Mata
1)      Inspeksi : konjungtiva merah muda dan sclera putih.
g.      Hidung
1)      Inspeksi : simetris kiri dan kanan.
2)      Palpasi : tidak ada polip dan nyeri tekan.
h.      Telinga
1)      Inspeksi : keadaan telinga bersih dan tidak ada serumen.
2)      Palpasi              : tidak ada nyeri tekan.
i.        Mulut
1)      Inspeksi : tidak caries pada gigi, tidak ada sariawan, bibir tidak pecah-pecah
j.        Leher
3)      Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jubularis.
4)      Palpasi              : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe. 
k.      Payudara
1)      Inspeksi : simetris kiri dan kanan, puting susu terbentuk dan menonjol, areola tampak hyperpigmentasi.
2)      Palpasi              : tidak ada massa dan nyeri tekan.
l.        Abdomen :
1)      Inspeksi :
a)      Dinding perut kendor.
b)      Tidak ada luka bekas operasi.
c)      Tampak stria albikans dan linea nigra.
d)     TFU setinggi pusat.
e)      Kontraksi uterus : lemah.
m.    Genitalia
1)      Inspeksi :
a)      Tidak ada odema dan varises pada vulva dan vagina.
b)      Tampak pengeluaran darah dan tali pusat terjulur.
2)      Palpasi : VT ostium uteri kontriksi
n.      Tungkai
1)      Inspeksi : tidak ada varises
2)      Palpasi              : tidak odema
B.     Langkah II : Identifikasi Diagnosa atau Masalah Aktual
Diagnosa aktual : Inpartu kala III dengan masalah retensio plasenta
1.      Inpartu kala III
a.       Data Subyektif :
1)      Ibu merasakan nyeri perut.
2)      Ibu senang bayinya dapat lahir dengan selamat.
b.      Data Obyektif :
1)      Bayi lahir jam 20.30 wita
2)      Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
3)      Kontraksi uterus lemah.
4)      Nampak tali pusat terjulur.
5)      Plasenta belum lahir.
c.       Analisa dan intrespretasi data :
Saat kala III volume uterus sudah berkurang dan dapat diraba yaitu fundus uteri setinggi pusat dan pada saat itu uterus berkontraksi memperkecil kavum uteri sehingga akan terasa sakit, teraba keras dan bundar. (Prawihardjo, S., 2010:307).

2.      Retensio plasenta
a.       Data subyektif
Plasenta belum lahir
b.      Data obyektif
1)      Bayi lahir jam 20.30 wita.
2)      Pengkajian tanggal 22 januari 2013 jam : 20.35 wita.
3)      Dinding perut kendor.
4)      TFU setinggi pusat.
5)      Kontraksi uterus lemah.
6)      Tali pusat terjulur.
7)      Ostium uteri kontriksi.
c.       Analisa dan interpretasi data :
Retensio plasenta adalah bila plasenta tetap tertinggi dalam uterus setengah jam setelah anak lahir. (Prawihardjo, S., 2010 : 526).
 Konsistensi uterus kenyal, tinggi fundus sepusat, bentuk uterus diskoid, perdarahan sedang-banyak. Terjelujur sebagian, ostium uteri terbuka, separasi plasenta lepas sebagian, syok sering, merupakan gambaran separasi/akretaparsial. (Saifuddin, A. B., 2009 : 178).
C.    Langkah III : Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial.
1.      Potensial terjadinya infeksi.
a.       Data subyektif
1)      Pengeluaran darah banyak dari vagina.
2)      Mengeluh pusing dan lemah.
b.      Data obyektif
1)      Tampak pengeluaran darah kurang lebih 500cc.
2)      Tampak jalan lahir terbuka.
3)      TTV : TD : 100/60 mmHg.
4)      N : 92x/menit.
5)      P : 20x/menit.
6)      S : 36,5°C.
c.       Analisa dan interpretasi data
Setelah persalinan, tempat bekas perlekatan plasenta pada dinding rahim merupakan luka yang cukup besar untuk masuknya mikrorganisme. (Sastrawinata, S., 2005 : 188).
2.      Potensial terjadi perdarahan post partum
a.       Data Subyektif
Mengeluh banyak darah yang keluar.
b.      Data obyektif
1)      Tampak pengeluaran darah kurang lebih 500cc.
2)      TTV : TD : 100/60mmHg.
3)      N : 92 x/menit.
4)      P : 20 x/menit.
5)      S : 36,5°C.
c.       Analisa dan interpretasi data.
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung. Kegagalan kontrkasi otot rahim menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan (Iskandar, I., 2009 : 150-151).
3.      Potensial syok hipovolemik.
a.       Data subyektif :
1)      Pengeluaran darah banyak.
2)      Mengeluh pusing.
b.      Data obyektif :
1)      Tampak pengeluaran darah ±500cc.
2)      TTV : TD : 100/50 mmHg
3)      N : 92 x/menit.
4)      P : 20 x/menit.
5)      S : 36,5°C.
c.       Analisa dan interpretasi data :
Perdarahan (syok hypovolemik) terjadi karena volume cairan darah intravasculer berkurang dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat. Penyebab utama ialah perdarahan akut >20% volume darah total. (saifuddin, A.B.,2009:65).
D.    Langkah IV : Tindakan Segera dan Kolaborasi.
Kolaborasi tindakan pemasangan infuse cairan RL dengan oksitosin 20 unit dalam 500 ml dengan 40 tetes/menit, manual plasenta dan pemberian antibiotik.
E.     Langkah V : Rencana Tindakan
Tanggal :
1.      Tujuan
a.       Plasenta lahir komplit.
b.      Keadaan ibu baik.
c.       Ibu fmendapatkan dukungan fisik dan psikologis dari keluarga.
2.      Kriteria
a.       Kotiledon lengkap dan selaput lengkap.
b.      Perdarahan terhenti.
c.       Tanda-tanda vital dalam batas normal :
1)      Tekanan darah :
a.       Sistole : 90-130 mmHg kenaikan tidak ≥15 mmHg.
b.      Diastole : 60-90 mmHg kenaikan tidak ≥10 mmHg.
2)      Nadi : 60-90x/i.
3)      Suhu : 36,5 C – 37,5 C.
4)      Pernapasan : 18-24x/i.
d.      TFU 2 jari di bawah pusat.
e.       Kontraksi uterus keras dan bundar.
3.      Intervensi data.
a.       Lakukan katerisasi.
Rasional : Plasenta mungkin tidak keluar oleh karena kandung kemih atau rectum penuh oleh karena itu harus di kosongkan.
b.      Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa plasenta belum lahir dan akan dilakukan plasenta manual.
Rasional : Dengan menjelaskan pada ibu dan keluarga akan memudahkan petugas melakukan kerja sama (persetujuan tindakan).
c.       Observasi kontraksi uterus.
Rasional :   Hampir sebagian besar pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus.
d.      Lakukan traksi terkontrol untuk melahirkan plasenta.
Rasional : Dengan meregangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila eksplusi plasenta tidak terjadi berarti traksi terkontrol gagal dan lanjutkan dengan plasenta manual.
e.       Lakukan plasenta manual.
Rasional : plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dan tampak implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual. Prosedur ini dilakukan dengan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang di masukkan langsung ke dalam kavum uteri.
f.       Lakukan eksplorasi ulangan.
Rasional : dengan melakukan explorasi ulang untuk memastikan tindakan pada bagian plasenta yang melekat pada dinding uterus.
g.      Periksa kembali tanda-tanda vital.
Rasional : Dengan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dapat di ketahui pada keadaan umum ibu dan segera melakukan tindakan selanjutnya apabila masih diperlukan.
h.      Beri antibiotic propilaksis (Amoxicilin 3x500 mg).
Rasional : Dengan pemberian anti biotic dapat mencegah terjadinya infeksi pada uterus.
i.        Dekontaminasi pasca tindakan.
Rasional : Dengan dekontaminasi pasca tindakan merupakan langkah pencegahan infeksi.
j.        Lakukan perawatan pasca tindakan yaitu :
1)      Tanda-tanda vital, kontraksi uterus.
2)      Catat kondisi pasien dan buat laporan.
3)      Buat intruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.
Rasional : Dengan melakukan perawatan pasca tindakan merupakan tindakan untuk mengobservasi keadaan pasien sampai keadaanya stabil.
k.      Beritahu kepada keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
Rasional : Dengan memberitahu kepada keluarga agar supaya dapat bekerja sama dengan petugas dalam perawatan dan pengobatan.
F.     Langkah VI : Implementasi
Tanggal 22 januari 2013 jam 20.45 wita.
1.      Melakukan kateterisasi.
Hasil : kateter sudah terpasang, urine 100cc.
2.      Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa plasenta belum lahir dan akan dilakukan plasenta manual, kleluarga menandatangani surat persetujuan atau informasi consent.
Hasil : Informent consent sudah ditandatangani.
3.      Mengobservasi kontraksi uterus.
Hasil : kontraksi uterus lemah.
4.      Melakukan plasenta manual.
Hasil : plasenta lahir jam 21.10 wita.
5.      Melakukan eksplorasi
Hasil : eksplorasi sudah dilakukan dan perdarahan kurang lebih 100 ml.
6.      Memeriksa kembali tanda-tanda vital.
Hasil :
a.       Tekanan darah      : 100/60 mmHg.
b.      Nadi                     :  92 x/i
c.       Suhu                     : 36,5°C
d.      Pernapasan           : 20 x/i
7.      Memberikan obat-obatan pada jam 23.40 wita amoxicilin 3x500 mg sehari, methil ergometrin, paracetamol 3x500 mg sehari, sf 1x200 mg sehari.
Hasil : obat-obatan sudah diberikan.
8.      Mendekontaminasi alat-alat pasca tindakan.
Hasil : semua peralatan sudah dibersihkan.
9.      Melakukan perawatan pasca tindakan yaitu : tanda-tanda vital setiap 15 menit pada jam pertama, kontraksi uterus setiap 30 menit pada jam kedua, mencatat kondisi pasien dan membuat laporan.
Hasil : Perawatan pasca tindakan sudah dilakukan.
10.  Memberitahu kepada keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
Hasil : keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan.


G.    Langkah VII : Evaluasi
Tanggal 22 januari 2013 jam 21.15 wita
1.      Kateter sudah terpasang.
2.      Informent consent sudah ditandatangani.
3.      Kontraksi uterus lemah.
4.      Plasenta lahir jam 21.10 wita.
5.      Eksplorasi sudah dilakukan dan perdarah kurang lebih 100 ml.
6.       Tekanan darah           : 100/60 mmHg.
Nadi                          : 92 x/i
Suhu                          : 36,5 °c
Pernapasan                : 20 x/i              
7.      Obat-obatan sudah diberikan.
8.      Semua peralatan sudah dibersihkan.
9.      Perawatan pasca tindakan sudah dilakukan.
10.  Keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan.


























PENDOKUMENTASIAN MANAJEMEN KEBIDANAN Ny.”N” DENGAN
RETENSIO PLASENTA DI PUSKESMAS AJANGALE
K A B U P A T E N B O N E
TANGGAL 22 JANUARI 2013
No. Register                     :
Tanggal masuk                 :
Tanggal partus                  :
Tanggal pengkajian          :
Identitas klien/suami      :
a.       Nama                    :
b.      Umur                    :
c.       Nikah / lamanya   :
d.      Suku                     :
e.       Agama                  :
f.       Pendidikan           :
g.      Pekerjaan :
h.      Alamat                 :
A.    Data Subyektif
1.      Ibu melahirkan jam 20.30 wita.
2.      Senang bayinya dapat lahir dengan selamat.
3.      Merasa lelah setelah persalinan.
B.     Data Obyektif (O).
1.      Tanda-tanda vital
a.       Tekanan darah    : 100/60 mmHg.
b.      Nadi                   : 92 x/menit.
c.       Pernafasan          : 20 x/menit.
d.      Suhu                   : 36,5°C.
2.      Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
3.      Dinding perut kendor.
4.      Kontraksi uterus lemah.
5.      Tali pusat terjulur.
6.      Ostium uteri kontriksi.
7.      Pengeluaran darah dari jalan lahir dengan jumlah sesaat ±500cc.
C.    Assesment (A)
1.      Retensio plasenta
2.      Potensial terjadi syok hipovolemik dan potensial terjadi infeksi jalan lahir.
D.    Planning (P).
Tanggal 22 januari 2013 jam 20.35 wita.
1.      Melakukan kateterisasi
Hasil : kateter sudah terpasang, urine 100 cc.
2.      Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa plasenta belum lahir dan akan dilakukan plasenta naual, keluarga menandatangani surat persetujuan atau informasi consent.
Hasil : informent consent sudah ditandatangani.
3.      Mengobservasi kontraksi uterus.
Hasil : kontraksi uterus lemah.
4.      Melakukan plasenta manual.
Hasil : plasenta lahir jam 21.10 wita
5.      Melakukan observasi
Hasil : eksplorasi sudah dilakukan dan perdarahan kurang lebih 100 ml.
6.      Memeriksa kembali tanda-tanda vital.
Hasil :    a.   tekanan darah   : 100/60 mmHg.
c.       Nadi                  : 92 X/i
d.      Suhu                  : 36,5 °C
e.       Pernapasan        : 20 X/i
7.      Memberikan obat-obatan pada jam 23.40 wita amoxicilin 3x500 mg sehari, methil ergometrin, paracetamol 3x500 mg sehari, sf 1x200 mg sehari.
Hasil : obat-obatan sudah diberikan.
8.      Mendekontaminasi alat-alat pasca tindakan.
Hasil : semua peralatan sudah dibersihkan.
9.      Melakukan perawatan pasca tindakan yaitu : tanda-tanda vital setiap 15 menit pada jam pertama, kontraksi uterus setiap 30 menit pada jam kedua, mencatat kondisi pasien dan membuat laporan.
Hasil : perawatan pasca tindakan sudah dilakukan.
10.  Memberitahu kepada keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
Hasil : keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan.












BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka dengan studi kasus, dalam penerapan proses manajemen kebidanan pada Ny “N” dengan retensio plasenta di puskesmas sabbangparu kabupaten wajo tanggal...........
            Pembahasan ini disusun berdasarkan dasar teori dari asuhan yang nyata dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah sebagai berikut : A. Langkah 1. Pengumpulan Data / Analisis Data Dasar.
Dalam pengkajian di mulai dari pengumpulan data berupa anamneses serta data-data yang dapat ditemukan saat melakukan anamneses dapat mendukung terjadinya kasus tersebut. Setelah dilakukan anamneses dilakukan pemeriksaan fisik berupa observasi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Kemudian pemeriksaan laboratorium untuk mendukung hasil pemeriksaan.          
Pada tinjauan pustaka didapatkan gejala-gejala dari retensio plasenta adalah plasenta tidak lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus : kenyal, keras dan cukup.
Sedangakan pada studi kasus pada Ny “N” di dapatkan plasenta belum lahir, pengeluaran darah banyak dari vagina, ibu merasa pusing, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 92 x/menit, pernafasan 20 x/menit, dari suhu 36,5°C. Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara tinjuan pustaka dari studi kasus.
Dalam tahapan pengkajian penulis tidak mendapat hambatan, ini dapat dilihat dari respon ibu yang dapat menerima kehadiran penulis saat pengumpulan data dan sampai tindakan yang diberikan. Ibu menunjukkan sikap terbuka dan menerima anjuran dan saran yang diberikan oleh penulis maupun tindakan tenaga medis lainnya dalam memberikan asuhan kebidanan yang berorientasi pada psikis-sosial.
B.     Langkah 2. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
Dalam menegakkan suatu diagnosa kebidanan atau masalah kebidanan berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan didukung dan ditunjang oleh beberapa data baik data subjektif, maupun obyektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang dilaksanakan.
Pada tinajauan pustaka telah dijelaskan bahwa retensio plasenta (plasental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir, dengan gejala plasenta tidak lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus lemah.
Pada tinjauan kasusu didapatkan bayi lahir jam 20.30 wita, tinggi fundus uteri setinggi pusat, kontraksi uterus lemah, nampak tali pusat terjulur, plasenta belum lahir.
Dengan melihat data yang diperoleh baik dari data tinjauan pustaka maupun dari pengkajian maka penulis menarik kesimpulan bahwa diagnosa dan masalah aktial yang dirumuskan adalah inpartu kala III dengan masalah retensio plasenta.
Masalah/diagnosa ditegakkan dengan terlebih dahulu menganalisa data yang telah diperoleh dengan mengacu pada teori yang ada, sehingga pada tahap ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus dengan diagnosa inpartu kala III dengan masalah retensio plasenta.
C.    Langkah 3. Antisipasi Diagnosa / Masalah Potensial.
Pada perumusan diagnosa masalah potensial akan di bahas tentang kemungkinan terjadinya hal yang lebih fatal akibatnya apabila apa yang menjadi masalah aktual tidak segera tertangani.
Pada studi kasus masalah potensial yang dapat terjadi adalah :
a.       Terjadinya infeksi, setelah persalinan, tempat bekas perlekatan plasenta pada dinding rahim merupakan luka yang cukup besar untuk masuknya mikrorganisme, sehingga penulis mengantisipasi diagnosa.
b.      Terjadinya perdarahan post partum, perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi selama 24 jam setelah persalinan berlangsung. Kegagalan kontraksi otot rahim menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan.
c.       Syok hipovolemik, yang terjadi karena volume cairan darah intravaskuler berkurang dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat. Penyebab utamanya ialah perdarahan akut > 20 % volume darah total. Dalam kondisi syok, volume sirkulasi daarah relatif berkurang secara akut sehingga terjadi penurunan perfusi jaringan. Sehingga penulis mengantisipasi diagnosa/masalah potensi yang menunjukkan adanya persamaan dengan tinjauan pustaka.
D.    Langkah 4. Tindakan Segera / Kolaborasi
Pada tinjauan pustaka tindakan segera / kolaborasi pada retensio plsenta adalah mengkolaborasikan dengan dokter untuk dilakukan pemasangan infuse, pemberian uterotonika, manual palsenta, dan pemberian antibiotik.
Pada studi kasus Ny “N” tindakan segera yang dilakukan adalah pemasangan infuse + oxy 20 unit, 40 tetes/menit, manual plasenta, pemberian antibiotik (amoxicilin 3x500 mg sehari).
Dalam kasus ini tidak ada perbedaan yang ditemukan antara teori dan tindakan  yang diberikan pada Ny “N” tetap mengacu pada tindakan yang rasional sesuai kebutuhan klien.
E.     Langkah 5. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan  
Perencanaan adalah suatu proses rencana tindakan berdasarkan identifikasi masalah saat sekarang serta antisipasi masalah yang akan terjadi. Pada tahap perencanaan penulis membuat asuhan kebidanan pada ibu mulai dari tujuan yang hendak dicapai serta kriteria keberhasilan dan intervensi.
Dalam membuat perencanaan penulis melakukan sesuai data yang diperoleh dan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan ibu. Penetapan yang dimaksudkan untuk terjadi pedoman dalam suatu tindakan.
Pada tinajuan pustaka rencana penanganan retensio plasenta adalah pemasangan infus, pemberian uteretonika, manual plasenta, dan pemberian antibiotik.
Sedangkan pada kasus Ny “N” penulis merencanakan tindakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa / masalah aktual dan potensial yaitu observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, observasi tetesan infus serta kolaborasi dengan dokter untuk tindakan manual plasenta.
Berdasarkan tinjauan pustaka dengan studi kasus didapatkan kesamaan dalam penerapan yang dilakukan dilahan praktek.
F.     Langkah 6. Melaksanakan Tindakan Asuhan Kebidanan.
Semua rencana telah dilaksanakan seluruhnya dengan menyesuaiakan kondisi, keadaan, dan kebutuhan ibu, yang dilaksanakan pada tanggal 22 januari 2013 di Puskesmas Sabbangparu Kabupaten Wajo.
Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien dan keluarga serta dukungan, bimbingan dan asuhan dari pembimbing dilahan praktek.
G.    Langkah 7. Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan
Adapun evaluasi dimaksudkan untuk memperoleh atau memberi nilai terhadap intervensi yang dilakukan berdasarkan tujuan dan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Tehnik evaluasi yang dilakukan melalui anamnese, pemeriksaan fisik untuk memperoleh data hasil perkembangan pasien, hasil evaluasi setelah dilakukan perawatan di Puskesmas Ajangale Kabupaten Wajo adalah :  
1.      Kateter sudah terpasang.
2.      Informant consent sudah ditandatangani.
3.      Kontraksi uterus lemah.
4.      Plasenta lahir jam 21.10 wita.
5.      Eksplorasi sudah dilakukan dan perdarahan kurang lebih 100 ml.
6.       a.   Tekanan darah    : 100/60 mmHg.
a.       Nadi                   : 92 x/menit.
b.      Suhu                   : 36,5 °C.
c.       Pernafasan         : 20x/menit
7.      Obat –obatan sudah diberikan.
8.      Semua peralatan sudah dibersihkan.
9.      Perawatan pasca tindakan sudah dilakukan.
10.  Keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
Dengan melihat hasil yang diperoleh seperti yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai pada kasus Ny “N” sebagian besar dapat terevaluasi dengan yang diharapkan. 
Dengan demikian pada tinjauan dan studi kasus pada Ny “N” di lahan praktek secara garis besar nampak adanya persamaan karena masalah dapat teratasi dengan baik.

BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi. Jenis retensio plasenta : plasenta adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta parkreta, plasenta inkarserata, plasenta battledore, plasenta membranosa, plasenta sirkumvalata, plasenta suksenturiata, plasenta spuria, plasenta bipartita. Penyebab retensio plasenta secara fungsional dapat terjadi karena his kurang kuat (penyebab terpenting), dan plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya (plasenta mambranasea, plasenta anularis), dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Tanda dan gejala klinik retensio plasenta : plasenta tidak lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus lemah. Pencegahan retensio plasenta dengan cara pemberian oksitosin segera setelah pelahiran bahu anterior, mangklaim tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta. Penanganan retensio plasenta jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali, jika traksi pusat terkendali belum berhasil, cdobalah untuk melakukan pengeluaran plasenta secara manual.
Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapakan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahapan dalam manajemen kebidanan.
1.      Langkah I      : Pengumpulan Data.
2.      Langkah II    : Identifikasi diagnosa/masalah aktual.
3.      Langkah III   : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial.
4.      Langkah IV   : Identifikasi perlunya tindakan segera / kolaborasi.
5.      Langkah V    : Rencana asuhan kebidanan. 
6.      Langkah VI   : Implementasi asuhan kebidanan.
7.      Langkah VII         : Evaluasi asuhan kebidanan.
B.     Saran
1.      Ibu untuk ibu bersalin.
a.       Diharapkan setiap ibu yang ingin melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan khususnya bidan dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
b.      Ibu bersalin yang mempunyai faktor risiko diharapkan sedapat mungkin pertolongan persalinannya dilakukan di rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang lengkap sehingga jika ada komplikasi dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
2.      Saran untuk petugas kesehatan.
a.       Diharapkan senantiasa berupaya untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuannya dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yag lebih profesional.
b.      Dalam melaksanakan asuhan kebidanan, bidah harus selalu menerapkan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, guna mencegah terjadinya infeksi pada ibu, juga perlindungan bagi diri sendiri.
c.       Bagaimana bidan harus mengetahui cara mengangani kasus kegawat daruratan seperti retensio plasenta.
3.      Saran untuk institusi.
a.       Diharapkan dapat meningkatkan mutu dan sarana pendidikan agar dapat menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.      Menyediakan tenaga pengajar yang profesioanal yang dpat membimbing mahasiswa dalam proses belajar mengajar.
c.       Perlu peningkatan pfembelajaran di labortorium khususnya penanganan retensio plasenta sehingga dapat melakukan suatu tindakan penanganan pada kasus tersebut karena praktek laboratorium sangatlah bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan sudmber daya manusia yang berpotensi dan profesional.














DAFTAR PUSTAKA
Baety, Aprilia Nurul, 2011. Biologi Reproduksi, Kehamilan, dan Persalinan.  Edisi pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Http://dahliayaya. Blogspot.com/2012/05/makalah-retensio-plasenta. Html diakses tanggal 6 juni 2013.
http://delvitapratiwi. Blogspot.com/2012/06/retensio-plasenta. Html diakses tanggal 6 juni 2013.
Iskandar, Imelda. 2009. Asuhan Kebidanan IV Patologi. Makassar.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Edisi kedua. Jakarta : EGC.
Muslihatun, Wafi Nur. 2009. Dokumentasi kebidanan. Yogyakarta:Fitramya.
Prawihardjo, Sawono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan II (Patologi Kebidanan). Jakarta:TransInfo Media.
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2009. Asuhan Kebidanan II (Persalinan), Jakarta:Fitramaya.
Saifuddin, Abdul bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi pertama. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Sumarah. 2009. (Perawatan Ibu Bersalin)(Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta:fitramaya.
Sastrawinata, Sulaiman, 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi kedua. Jakarta:EGC.
Varney, Helen. 2007. Buku ajar Asuhan Kebidanan. Edisi keempat. Jakarta. EGC.  






KARTU KONSULTASI
Nama mahasiswa        : Yuliana
NIM                                        :
Program Studi             : D3 KEBIDANAN
Judul skripsi/KTI        :


No.
Tanggal
Keterangan kegiatan
Tanda tangan





Sengkang,           2014
Pembimbing,

KARTU PESERTA SEMINAR KTI
Nama Mahasiswa        : Yuliana
NIM                            :
Program Studi             : DIII Kebidanan

No.
Tanggal
Judul seminar yang diikuti
Dosen pembimbing
Tanda tangan







2 komentar:

  1. Lucky Club Casino Site - Live Dealer Casino Games
    Play online casino games for real money. Lucky Club Casino has a range of casino games, like blackjack, luckyclub.live roulette, slots, and video poker.

    BalasHapus